DIAH WIDYA NINGRUM
Anak
adalah dambaan hidup, kehadirannya senantiasa dinantikan dan didambakan oleh setiap orangtua. Fitrahnya,
seyogianya setiap orangtua benar-benar menjalankan tanggungjawab terhadap
anak-anaknya.
Namun,
bermacam permasalahan muncul, seperti masalah ekonomi (economic problem),
masalah mental-fisikologi (physicology problem) yang berakibat tidak
terwujudnya tanggungjawab dan kasih sayang terhadap anak-anak secara baik.
Akhirnya, terjadi eksploitasi terhadap anak-anak dan juga kekerasan terhadap
anak-anak.
Tidak
jarang kita temukan hari ini, anak-anak yang mendapatkan perlakuan kasar dari
orangtua. Juga dijumpai
anak-anak yang dibiarkan begitu saja oleh ibunya karena ayahnya lari dari
tanggungjawab. Akhirnya, anak menjadi tersia-sia karena ibunya malu membesarkan
anak dari benih orang yang meninggalkannya.
Di persimpangan jalan atau lampu
merah tidak sedikit anak-anak yang harus bermandi keringat karena kepanasan dan
basah kuyup karena kehujanan, padahal usianya masih cukup belia (5-10 tahun)
menjadi pengamen jalanan, peminta-minta karena himpitan ekonomi dan juga
paksaan orang tua yang tidak bisa menjalankan kewajibannya secara sempurna.
Padahal anak-anak di usia mereka masih harus lebih banyak diberikan kasih
sayang dan pendidikan.
Kewajiban
Orangtua
Bila
semua orang tahu betapa pentingnya masa kanak-kanak, bahwa waktu itulah mereka
mengecap kebahagiaan kini, dan dari sana dimulai perjalanan menuju hari depan
yang penuh dengan harapan dan cita-cita, maka mereka tidak akan meremehkan arti
yang sepenting ini, dan oleh karenanya tidak heran bila benar-benar
diperlakukan dengan semestinya oleh Islam, dengan segenap perasaan lemah-lembut dan rasa
tanggungjawab. Oleh Islam, anak-anak itu dilindungi dengan memasang kaedah
pendidikan yang kokoh, bijak dan benar.
Kewajiban orangtua adalah hak untuk
anak-anaknya. Ada beberapa hak anak yang perlu diperhatikan oleh para orangtua
hari ini, antara lain adalah:
Pertama, dalam ajaran Islam anak-anak
memiliki hak kasih sayang yang harus diberikan oleh orangtuanya agar kelak ia
menjadi anak yang sholeh dan berkualitas. Sehingga ia mampu meraih
cita-citanya.
Ketika
Rasulullah khawatir jika ada orang yang menyakiti hati Fathimah, maka dia
mengumumkan kecintaannya kepada putrinya, dengan berkata : “Fathimah belahan
nyawaku. Siapa yang menyakiti Fathimah, dia menyakitiku. Siapa yang membuat
Fathimah murka, dia membuatku murka juga.” (H.R. Bukhari)
Kasih
sayang yang telah dipraktikkan oleh Rasul menunjukkan bahwa di usia belia
anak-anak perlu perhatian yang lebih terutama kasih sayang. Ini berarti orang
tua tidak memaksakan kepada anak-anak untuk bekerja siang malam (eksploitasi)
sementara mereka-orang tua enak-enakan menikmati jerih payah anak-anaknya.
Anak-anak bukan barang yang
diperjualbelikan dengan seenaknya layaknya budak pada zaman pra-Islam, tetapi
mereka adalah generasi emas ke depan yang harus dipersiapkan sejak dini dengan
secara matang.
Kedua, hak untuk mendapatkan pendidikan.
Pendidikan yang memadai menjadi modal penting buat anak-anak sekarang. Islam
dengan bijaksana dan baik sekali telah mengarahkan pendidikan dan pengajaran
dengan sebaik-baiknya.
Al-Baihaqi
meriwayatkan dari Abu Rafi’: “Kewajiban orangtua terhadap anak-anaknya ialah
mengajarnya menulis, berenang dan memanah, dan janganlah anak itu diberi selain
rizki yang halal.”
Dan
menurut sebuah hadis riwayat Ibnu majah, dari Ibnu Abbas : “Dekatlah kamu pada
anak-anakmu dan perbaikilah budi pekerti mereka.” Memberikan pendidikan kepada
mereka dengan secara baik apakah lewat jalur formal ataupun non-formal serta
mendidik mereka untuk membudayakan akhlakul karimah adalah
kewajiban orangtua terhadap anak-anaknya.
Ketiga, hak untuk
mendapatkan tempat yang baik. Ini maksudnya bahwa orangtua harus berusaha
semaksimal mungkin untuk dapat menjamin kelangsungan hidup anak-anaknya. Jangan
sampai ia meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan lemah (dha’if). Allah SWT berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang meninggalkan anak cucu dibelakangnya dalam keadaan lemah, yang
mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
(QS. An-Nisa’:
9)
Lemah dalam ayat ini bermakna sangat
luas. Jangan sampai anak-anak yang kita tinggalkan adalah lemah: aqidah
(keyakinan) artinya dangkal akan nilai-nilai agama, fisik (jasmaninya tidak
sehat), ekonomi (malas berusaha/bekerja), pendidikan (tidak mengenyam bangku
sekolahan). Zaman hari ini, bukan zamannya anak harus dipaksa untuk kerja
membanting tulang (eksploitasi) demi memenuhi kebutuhan rumah tangga yang
menjadikan ia lalai dari sekolahnya. Tapi, masa anak-anak adalah masa mereka
merasakan dan mengenyam pendidikan untuk bekal masa depannya.
Penutup
Saat sekarang ini semua pihak harus pro-aktif dalam melihat kondisi anak-anak (generasi ke depan). Pemerintah harus tegas menghukum segala bentuk prilaku penyimpangan terhadap anak-anak. Orang tua harus benar-benar menunaikan kewajibannya. Ulama harus menjadi penyeimbang mental anak-anak dengan turut serta memberikan perhatian kepada anak-anak, khususnya anak-anak yang bermasalah. Anak adalah amanah Allah. Menyia-nyiakan mereka berarti berkhianat kepada-Nya. Jangan coba-coba memperlakukan anak-anak secara zalim sebab Allah akan murka. Siapa-siapa yang memperlakukan anak-anak secara tidak baik berarti ia mengundang murkanya Allah. Semoga kita terlindung dari murka-Nya. Amin. Wallahu ‘alamu.
Saat sekarang ini semua pihak harus pro-aktif dalam melihat kondisi anak-anak (generasi ke depan). Pemerintah harus tegas menghukum segala bentuk prilaku penyimpangan terhadap anak-anak. Orang tua harus benar-benar menunaikan kewajibannya. Ulama harus menjadi penyeimbang mental anak-anak dengan turut serta memberikan perhatian kepada anak-anak, khususnya anak-anak yang bermasalah. Anak adalah amanah Allah. Menyia-nyiakan mereka berarti berkhianat kepada-Nya. Jangan coba-coba memperlakukan anak-anak secara zalim sebab Allah akan murka. Siapa-siapa yang memperlakukan anak-anak secara tidak baik berarti ia mengundang murkanya Allah. Semoga kita terlindung dari murka-Nya. Amin. Wallahu ‘alamu.
Penulis adalah guru Madrasah Aliyah Al-Jam’iyatul Washliyah, Perbaungan.
sumber warungdelik.wordpress.com
No comments:
Post a Comment